Jumat, 22 April 2016

MEDIA PEMBELAJARAN

PENGERTIAN
Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988:13).

Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19).

Ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Fiksatif (fixative property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
2. Manipulatif (manipulatif property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Distributif (distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.

TIPS MEMILIH MEDIA

1. Menyesuaikan Jenis Media dengan Materi Kurikulum
Jenis materi pelajaran mana yang terdapat di dalam kurikulum yang dinilai perlu ditunjang oleh media pembelajaran. Kemudian, dilakukan telaah tentang jenis media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi pelajaran yang dikehendaki tersebut. Karena pada prinsip secara umum bahwa tidak ada satu jenis media yang cocok atau tepat untuk menyajikan semua materi pelajaran.

2. Keterjangkauan dalam Pembiayaan.
Dalam pengembangan media pembelajaran hendaknya mempertimbangkan ketersediaan anggaran yang ada. Seandainya guru harus membuat sendiri media pembelajaran, perlu dipikirkan apakah sesama guru mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan media pembelajaran yang dibutuhkan. Seandaianya tersedia di pasaran, apakah tidak lebih cepat, mudah dan juga murah kalau langsung membelinya daripada harus membayar pembuatannya?

3. Ketersediaan Perangkat Keras untuk Pemanfaatan Media Pembelajaran
Tidak ada gunanya merancang dan mengembangkan media secanggih apapun kalau tidak didukung oleh ketersediaan peralatan pemanfaatannya di kelas. Misalnya media pembelajaran online di sekolah yang tidak didukung perangkat komputer dan fasilitas koneksi ke internet.

4. Ketersediaan Media Pembelajaran di Pasaran
Setelah media pembelajaran dibeli ternyata diperlukan aplikasi/program lain untuk mengoperasikannya. Sementara sulit untuk memperoleh aplikasi/program tambahan yang disyaratkan, sehingga media tidak bisa dimanfaat dengan baik.

5. Kemudahan Memanfaatkan Media Pembelajaran
Aspek lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah kemudahan guru atau peserta didik memanfaatkannya media pembelajaran yang dibuat. Tidak akan bermanfaat apabila media pembelajaran yang dikembangkan ternyata tidak mudah dimanfaatkan oleh guru maupun oleh peserta didik.

Selasa, 05 April 2016

PENELITIAN STUDI KASUS

1. Pengertian

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan sernua variabel yang penting.
Studi kasus (case studi) merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terkait dengan tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah penelitian yang diarahkan untuk mengumpul data, mengambil makna dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus tersebut sama sekali tidak mewakili populasi dan atau bukan sebuah kesimpulan dari populasi.Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi : (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

2. Karakteristik 

Berdasarkan pendapat Yin (2003, 2009); Van Wynsberghe dan Khan (2007); dan Creswell (2003, 2007) secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Menempatkan obyek penelitian sebagai kasus
Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai ’kasus’. Bahkan, secara khusus, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah suatu pilihan metoda penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau target penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di dalam penelitiannya.
Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu (Creswell, 2007). Sebuah kasus adalah isu atau masalah yang harus dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman mendalam tentang kasus tersebut, sebagai suatu kesatuan sistem yang dibatasi, yang melibatkan pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu. Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara terperinci dan komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan tentang karakteristiknya, tetapi juga bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus tersebut dapat terbentuk.

b. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi. Dengan kata lain, sebagai bounded system (sistem yang dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi dan hanya difokuskan pada hal-hal yang berada dalam batas tersebut. Pembatasan dapat berupa waktu maupun ruang yang terkait dengan kasus tersebut.

c. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
Seperti halnya pendekatan penelitian kualitatif pada umumnya, pelaksanaan penelitian studi kasus menggunakan pendekatan penelitian naturalistik. Dengan kata lain, penelitian studi kasus menggunakan salah satu karakteristik pendekatan penelitian kualitatif, yaitu meneliti obyek pada kondisi yang terkait dengan kontekstualnya. Dengan kata lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Kehidupan nyata itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok yang sebenarnya. Penelitian studi kasus mengkaji semua hal yang terdapat disekeliling obyek yang diteliti, baik yang terkait langsung, tidak langsung maupun sama sakali tidak terkait dengan obyek yang diteliti dan berupaya mengungkapkan serta menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya. Sifat yang demikian menyebabkan munculnya pandangan bahwa penelitian studi kasus sangat tepat untuk menjelaskan suatu kondisi alamiah yang kompleks.

d. Menggunakan berbagai sumber data
Seperti halnya strategi dan metoda penelitian kualitatif yang lain, penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data. Seperti telah dijelaskan pada bagian karakteristik penelitian kualitatif, pengggunaan berbagai sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terperinci dan komprehensif yang menyangkut obyek yang diteliti. untuk mencapai validitas dan realibilitas penelitian. Dengan berbagai sumber data tersebut, peneliti dapat meyakinkan kebenaran dan keakuratan data.
Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen. Catatan wawancara merupakan hasil yang diperoleh dari proses wawancara, baik berupa wawancara mendalam terhadap satu orang informan maupun terhadap kelompok orang dalam suatu diskusi. Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan hasil dari pengamatan atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan hasil pengumpulan berbagai dokumen yang dapat berupa data sekunder, seperti buku laporan, dokumentasi foto dan video.

e. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. Kajian teori dapat dilakukan dibagian depan, tengah dan belakang proses penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan untuk membangun arahan dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian. Secara khusus, pada bagian ini, teori dapat dipergunakan untuk membangun hipotesis, seperti halnya yang dilakukan pada paradigma deduktif atau positivistik (VanWynsberghe dan Khan, 2007; Eckstein, 2002; Lincoln dan Guba, 2000). Pada bagian tengah, teori dipergunakan untuk menentukan posisi temuan-temuan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang (Creswell, 2003, 2007). Sedangkan pada bagian belakang, teori dipergunakan untuk menentukan posisi hasil keseluruhan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang (Creswell, 2003, 2007).

Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat membangun teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang ditelitinya. Kesimpulan konseptual dan teoritis yang dibangun melalui penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah, karena sifat dari kasus yang alamiah tersebut.


3. Jenis-jenis Studi Kasus

Stake (2005) membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana memilih kasus yang tepat untuk diteliti.

Berdasarkan hal tersebut, Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

a. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus. Hal ini dilakukan tidak dengan maksud untuk menempatkan kasus tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih kepada kekhususan dan keunikannya. Pada awalnya, penelitiannya mungkin tidak bermaksud untuk membangun teori dari penelitiannya, tetapi kelak mungkin ia akan dapat membangun teori apabila kasus tersebut memang menjadi satu-satunya di dunia. Pada umumnya, para peneliti studi kasus mendalam ini bermaksud untuk meneliti atau menggali hal-hal yang mendasar yang berada dibalik kasus tersebut. 

b. Penelitian studi kasus intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi. Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui kasus yang ditelitinya, peneliti bermaksud untuk menunjukkan adanya sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari suatu kasus tersebut, yang berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari obyek-obyek lainnya.

c. Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or mutiple case study) adalah penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak. Penelitian studi kasus ini adalah pengembangan dari penelitian studi kasus instrmental, dengan menggunakan kasus yang banyak. Asumsi dari penggunaan kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di dalam penelitian studi kasus jamak mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan karakteristik umumnya. Masing-masing kasus mungkin menunjukkan sesuatu yang sama atau berbeda-beda. Tetapi apabila dikaji secara bersama-sama atau secara kolektif, dapat menjelaskan adanya benang merah di antara mereka, untuk menjelaskan karakteristik umumnya.

Kasus-kasus di dalam penelitian studi kasus jamak dipilih karena dipandang bahwa dengan memahami mereka secara kolektif, dapat meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu, dan bahkan dapat memperbaiki suatu teori dengan menunjukkan fakta dan bukti yang lebih banyak. Stake (2005) menunjukkan contoh-contoh penelitian studi kasus kolektif adalah dengan menunjuk pada buku-buku kumpulan dari artikel-artikel yang membahas suatu isu yang sama.

Secara umum studi kasus dapat dibagi menjadi :
  1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
  2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
  3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
  4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
  5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
  6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

4. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

  • Pemilihan kasus : dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
  • Pengumpulan data : terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
  • Analisis data : setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
  • Perbaikan (refinement) : meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
  • Penulisan laporan : laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca kedalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
5. Kelebihan dan Kekurangan

1) Kelebihan Studi Kasus
  1. Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
  2. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
2) Kelemahan Studi Kasus
Dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, realiabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari generalisasi.


6. Contoh Studi Kasus
  1. Seorang dokter atau psikolog melakukan penelitian untuk mengetahui mengapa remaja yang terlibat penyalahgunaan narkoba banyak dialami oleh anak bungsu. Dalam penelitian ini yang diteliti hanya satu subjek yaitu penyalahgunaan narkoba oleh anak bungsu, tapi penelitian dilakukan lebih mendalam berfokus pada karakteristik dari anak bungsu. Faktor yang diteliti misalnya latar belakang keluarga, lingkungan sosial, sifat khusus anak bungsu dan perlakuan dalam keluarga.
  2. Penelitian yang dilakukan terhadap sebuah perguruan tinggi yang tadinya mahasiswanya banyak, namun setelah seiring penggantian pimpinan, terjadi penurunan jumlah mahasiswa yang bisa berakibat ditutupnya perguruan tinggi tersebut.

KESIMPULAN
  1. Penelitian studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar, orang, subjek, tempat atau peristiwa tertentu yang diteliti secara mendalam.
  2. Studi kasus ini memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik, yaitu diantaranya (a) menempatkan obyek penelitian sebagai kasus, (b) memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer, (c) dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya, (d) menggunakan berbagai sumber data, (e) menggunakan teori sebagai acuan penelitian.
  3. Dalam penelitian studi kasus ini, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan agar proses penelitian ini dapat terlaksana atau menjadi penelitian yang baik yaitu pemilihan kasus – pengumpulan data – analisis data – perbaikan – penulisan laporan.


SARAN
Memahami orientasi teoritik dan jenis studi yang akan dipilih maka setidak-tidaknya seorang peneliti telah atau akan mempersiapkan diri sebelum melakukan penelitian. Untuk dapat mengatasi kesulitan dalam menentukan orientasi teoritik pemilihan pokok studi, terutama dalam studi kasus, Guba dan Lincoln (1987) memberikan saran-saran yaitu : 
  • Bagi peneliti pemula hendaknya banyak membaca sebanyak mungkin laporan-laporan kasus yang ada sehingga mereka dapat mempelajari bagaimana para peneliti menyusunnya.
  • Mereka hendaknya bergabung dengan para penulis kasus yang baik untuk memahami bagaimana mereka bekerja. Ketiga, mereka harus berlatih menulis laporan kasus, dan terakhir, mereka harus meminta kritik-kritik yang positif dan para ahli.

Demikian penjelasan tentang penelitian studi kasus (Case Study Research), semoga bermanfaat bagi kita. 

Minggu, 03 April 2016

IDENTIFIKASI PERILAKU DAN KARATERISTIK AWAL PESERTA DIDIK

Perilaku Awal
Siapakah kelompok, populasi atau peserta didik sasaran kegiatan instruksional? dari pertanyaan tersebut dikembangkan dua hal tentang perilaku peserta didik : Pertama; menanyakan peserta didik yang mana atau jenjang apa, Kedua; menanyakan sejauh mana kompetensi, kemampuan atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dikuasai peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti kegiatan instruksional tersebut.

Pertanyaan diatas sangat penting dijawab oleh pendesain intruksional sehingga sejak awal sudah dirancang dan disesuaikan dengan peserta didik yang akan mengikuti kegiatan instruksional sehingga menjadi batasan bagi peserta didik yang akan mengikutinya.
Ada tiga macam sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional, yaitu :

  1. Peserta didik atau calon peserta didik.
  2. Orang-orang yang mengetahui kemampuan peserta didik atau calon peserta didik (misal: guru atau atasannya).
  3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkannya.

Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu kuesioner, wawancara dan observasi, dan tes. Teknik ini dapat pula digunakan untuk mengindentifikasi perilaku awal peserta didik.

Karakteristik Awal
Disamping identifikasi perilaku awal, perlu juga identifikasi karakteristik awal peserta didik dalam proses mendesain instruksional. Karakteristik awal adalah ciri peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Hal ini diperlukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan instruksional.
Dari proses ini dapat diketahui kemampuan dan kelemahan peserta didik sehingga instruksional, misalnya peserta didik senang dengan lelucon, pendesain instruksional sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi instruksionalnya.
Karakteristik peserta didik berikut ini perlu dipertimbangkan dalam proses desain instruksional :
  1. Latar belakang pendidikan sebelumnya sebagai faktor yang mempengaruhi penentuan entering-behavior line.
  2. Motivasi belajar, eksternal atau internal sebagai dasar memilih strategi pemberian motivasi.
  3. Akses terhadap sumber belajar yang relevan dengan materi instruksional untuk menentukan tujukan bahan yang perlu dipelajari.
  4. Kebiasaan belajar mandiri adna disiplin dalam mengatur waktu belajar untuk tugas pekerjaan rumah.
  5. Akses terhadap saluran komunikasi dan media teknologi informasi.
  6. Kebiasaan atau budaya membaca untuk menentukan intensitas penggunaan media cetak.
  7. Domisili tempat tinggal bila diukur jarak dengan tempat belajar.
Informasi yang dikumpulkan perlu dibatasi pada karakteristik awal peserta didik yang berhubungan dengan proses belajarnya sehingga ada manfaat langsung dalam proses desain instruksional.
Demikian uraian tentang identifikasi perilaku dan karekteristik awal peserta didik, semoga bermanfaat.

Sabtu, 02 April 2016

WEB BASED LEARNING

Definisi Web Based Learning


Menurut Susanna Tsai and Paulo Machado dari InkiTiki Corporation dalam artikelnya yang berjudul “E-learning, Online Learning, Web Based Learning, or Distance Learning : Unveiling the Ambiguity in Current Terminology”, definisi mengenai pembelajaran berbasis web (WBL) adalah  “Web-based learning is associated with learning materials delivered in a Web browser,including when the materials are packaged on CD-ROM or other media”. Pembelajaran berbasis web terkait dengan sumber belajar yang disajikan melalui aplikasi web, termasuk jika sumber belajar itu dikemas pada CD-ROM atau media lain.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Firman Gunawan (2011) dalam buku Mozaik Teknologi Pendidikan, bahwa web based learning adalah suatu system belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi melalui antar halaman web.
Begitu juga definisi yang dikemukakan oleh Horton sebagaimana yang tercantum pada jurnal “pembelajaran berbasis web sebagai metoda komplemen kegiatan pendidikan dan pelatihan” oleh Oenardi Lawanto bahwa Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.
Khan dalam Herman Dwi Surjono (1999) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Di dalam pembelajaran Web Based Learning terdapat fitu-fitur pendukung dalam proses pembelajaran, diantaranya :
  1. Informasi pelajaran, catatan pengumuman dan jadwal.
  2. Peta kurikulum.
  3. Bahan ajar seperti slide, handout dan artikel.
  4. Komunikasi melalui email dan forum/grup.
  5. Penilaian formatif dan sumatif.
  6. Alat manajemen siswa seperti record, statistics, student tracking.
Dengan digunakannya Web Based Learning dalam pembelajaran, beberapa aktifitas dapat dilakukan dengan mencari informasi terkait buku-buku, bibliografi, ensiklopedia, dan program lainnya. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar harus diberikan latihan-latihan dalam format yang diinginkan seperti hypertext, audio, maupun video. Serta membuat kelompok diskusi melalui email atau mailing list berkaitan dengan materi pelajaran bisa melalui tanya jawab, tutorial, praktek, dan simulasi.


Konsep Web Based Learning

Pembelajaran berbasis web merupakan suatu pembelajaran yang bisa diakses melalui jaringan internet. Berdasarkan media dan tingkat interaktifitasnya, Web Based Learning terdiri dari :
  1. Teks dan Grafik Web Based Learning, bentuk yang paling sederhana dalam Web Based Learning.Instruktur hanya menyimpan materi-materi kursus atau pelatihan teks dan grafik saja, level interaktifitas dari model web learning seperti ini sangat rendah.
  2. Interactive Web Based Learning, memiliki level interaktifitas yang lebih tinggi dibandingkan model yang pertama. Biasanya model ini dilengkapi dengan sarana-sarana latihan atau self-test, text entry, column matching, dan lain-lain.
  3. Interactive Multimedia Web, kebanyakan program pelatihan atau belajar dengan menggunakan model seperti ini biasanya bisa membuat interaksi antara guru dan murid secara real-time melalui audio dan video streaming, interactive web discussion, bahkan audio/video desktop conference. Level interaktifitas model ketiga ini paling tinggi diantara yang lainnya dan paling rumit dalam pelaksanaannya.

Manfaat Web Based Learning
Menurut kevin kruse (2009), terdapat dua penyebab utama mengapa Web Based Training menjadi penting saat ini, yakni :
  1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan peserta didik, sehingga perlu ditingkatkan dengan komunikasi melalui jaringan internet.
  2. Kurangnya sarana multimedia yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran. Penggunaan CD-ROM memiliki keterbatasan dalam kapasistas jumlah data yang dapat dipindahkan. Melalui jaringan internet keterbatasan tersebut dapat diatasi.

Lebih lanjut, Kevin Kruse (dalam Rusman, 2009 : 117) dalam salah satu tulisannya yang berjudul “using the web for learning” yang dimuat dalam situs www.elearningguru.commengemukakan bahwa pembelajaran berbasis Web sering kali memiliki manfaat yangbanyak bagi peserta didiknya, diantaranya :
  1. Akses belajar tersedia setiap saat, kapan saja dan tidak terbatas tempat di seluruh dunia. Peserta didik selalu memiliki akses ke perpustakaan besar mengenai informasi atau pelatihan yang  mereka butuhkan dari rumah, ataupun dari tempat kerja. Terlebih lagi dengan fungsi modem pada telepon seluler memungkinkan siswa dapat mengakses sebuah kegiatan pelatihan dari tempat yang belum memiliki saluran telepon.
  2. Biaya yang terjangkau bagi kebutuhan belajar individu. Saat ini hamper setiap komputer telah dilengkapi software penjelajah web gratis, dan modem untuk penyediaan sarana internet relative terjangkau.
  3. Memberi kemudahan untuk melacak siswa, karena siswa hanya dapat menyelesaikan tugasnya pada saat terhubung dengan internet. Web Based Training (WBT) memungkinkan data siswa secara otomatis terlacak pada komputer server.
  4. Memungkinkan pemberian material sumber belajar tanpa batas dan dapat menyesuaikan kebutuhan individual siswa. WBT yang baik dirancang untuk dapat dipelajari dari beberapa jalur, sehingga siswa dapat memilih materi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
  5. Mudah memperbarui materi. Manfaat ini adalah salah satu manfaat terbesar dari WBT. Pemindahan informasi secara cepat sangat sesuai dengan kebutuhan informasi yang cepat saat ini.
Karakteristik Web Based Learning

Menurut Keegan (2005) dan Paulsen (2003), pada buku Semantic Web and Education, web based education (WBE) memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
  1. Pengajar dan siswa yang terpisah (yang membedakan dari pendidikan tatap muka)
  2. Dipengaruhi oleh sebuah organisasi / lembaga pendidikan (yang membedakan dari pengajaran pribadi atau privat)
  3. Penggunaan teknologi web untuk menyajikan atau membagikan bahan belajar.
  4. Adanya komunikasi dua arah melalui internet sehingga siswa memperoleh manfaat dari komunikasi dengan pengajar, sesama siswa ataupun staff.

Sedangkan Said Hadjerrouit (2010) berpendapat bahwa sumber belajar web, harus memiliki beberapa ketentuan yakni dikembangkan menurut strategi pembelajaran dan pengetahuan pedagogic, mengacu pada tujuan belajar yang tercantum pada kurikulum, memiliki elemen-elemen yang dapat digunakan berulang-ulang dan yang utama adalah memanfaatkan teknologi web dan informasi disajikan melalui web.

Kelebihan Web Based Learning :
  1. Memungkinkan setiap orang dimana pun, kapan pun untuk mempelajari apa pun.
  2. Pembelajar dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan langkah dirinya sendiri karena pembelajaran berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual.
  3. Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pembelajar dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, baik didalam maupun diluar lingkungan belajar.
  4. Sangat potensiakel sebagai sumber belajar bagi pembelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar.
  5. Dapat mendorong pembelajar untuk lebih aktif dan mandiri didalam belajar.
  6. Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya materi pembelajaran.
  7. Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
  8. Isi dan materi pelajaran dapat di-update dengan mudah.

Kekurangan Web Based Learning :
  1. Keberhasilan pembelajaran berbasis web bergantung pada kemandirian dan motivasi pembelajar.
  2. Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan web sering menjadi masalah bagi pembelajar.
  3. Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat mengakses informasi, dikarenakan tidak terdapatnya peralatan yang memadai dan bandwith yang cukup.
  4. Dibutuhkannya panduan bagi pembelajar untuk mencari informasi yang relevan, karena informasi yang terdapat didalam web sangat beragam.
  5. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web, pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.


Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
  1. Web based Learning (WBL) atau Web Based Education (WBE) merupakan pembelajaran dan sistem pendidikan yang memanfaatkan halaman - halaman web pada jaringan internet.
  2. Web Based Learning merupakan salah satu bagian dari E-learning.
  3. Pelaksanaan Web Based Education meliputi penyajian informasi, pemindahan data sumber belajar dan hasil evaluasi belajar, serta media interaksi antara pegajar dengan peserta didik, dan antara peserta didik yang satu dengan yang lain, termasuk di dalamnya sistem pendaftaran dan pelacakan siswa.
  4. Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan WBL adalah penyediaan sarana prasarana berupa komputer server, computer client, penyediaan jaringan internet, penyediaan piranti lunak, serta persiapan operasional oleh guru.
Demikian penjelasan singkat tentang web base learning, semoga bermanfaat.